Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, kini resmi berada dalam tahanan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag. Penangkapannya pada Selasa (11/3/2025) menjadi titik balik besar bagi pemimpin yang selama ini dikenal dengan kebijakan kerasnya dalam perang melawan narkoba.
Dari Pemimpin Kuat ke Tahanan Internasional
Duterte sebelumnya kerap membanggakan aksi pembunuhan dalam perang narkoba serta memasukkan lawan politiknya dalam daftar sasaran. Namun, setelah bertahun-tahun menolak yurisdiksi ICC, kini ia harus menghadapi kenyataan pahit sebagai tahanan pengadilan internasional.
Warisan Duterte: Enam Tahun Penuh Gejolak
Duterte memimpin Filipina selama enam tahun dengan pendekatan tanpa kompromi terhadap narkoba. Sebagai mantan jaksa, anggota kongres, dan wali kota Davao, ia dikenal sebagai sosok yang tegas dan tanpa ampun dalam menegakkan kebijakannya.
Janji Kampanye yang Berujung Tragedi
Saat memenangkan pemilu pada 2016, Duterte berjanji menerapkan kebijakan keras yang ia terapkan di Davao ke seluruh Filipina. Dalam kampanyenya, ia secara terang-terangan menyatakan bahwa para pengguna dan pengedar narkoba akan diburu hingga ke akar-akarnya.
Skuad Kematian dan Ribuan Korban
Setelah dilantik, Duterte membentuk “skuad kematian” yang bertujuan memberantas narkoba. Banyak korban berasal dari kalangan pemuda di daerah kumuh, yang tewas di tangan polisi dan kelompok bersenjata. Data kepolisian menyebutkan sekitar 6 ribu orang tewas, sementara kelompok HAM memperkirakan jumlah korban mencapai 30 ribu orang.
Minimnya Akuntabilitas Hukum di Filipina
Dari ribuan korban, hanya delapan polisi yang dihukum karena membunuh lima orang dalam operasi perang narkoba. Hal ini mendorong ICC untuk membuka penyelidikan terhadap Duterte atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Duterte Bersikeras Tidak Bersalah
Meski dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, Duterte terus membantah. Ia menegaskan bahwa perang narkoba adalah urusan domestik Filipina dan tidak seharusnya diadili oleh pengadilan asing seperti ICC.
Langkah Menuju Keadilan bagi Korban
Dengan penangkapannya, banyak pihak melihat ini sebagai awal dari keadilan bagi ribuan korban perang narkoba. Namun, proses hukum di ICC biasanya memakan waktu lama sebelum adanya putusan final.
Babak Baru dalam Sejarah Filipina
Kasus Duterte bisa menjadi preseden bagi pemimpin lain yang menggunakan kebijakan keras dengan mengorbankan hak asasi manusia. Apakah ini akan menjadi akhir dari impunitas atau hanya sekadar drama politik global? Waktu yang akan menjawab.