Tradisi mudik Lebaran tahun ini diprediksi tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.
Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menunjukkan jumlah pemudik pada Lebaran 2025 turun 24,34% dibandingkan tahun lalu.
Pada 2024, jumlah pemudik mencapai 193,6 juta orang, sedangkan tahun ini diperkirakan hanya 146,48 juta orang, berkurang sekitar 47,12 juta orang.
Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Mudik
Kemenhub tidak menjelaskan secara rinci penyebab penurunan ini, tetapi pengamat ekonomi menyebutkan beberapa faktor utama yang memengaruhi:
- Lesunya Daya Beli Masyarakat
Harga kebutuhan pokok dan tarif transportasi meningkat. Deflasi berlanjut hingga Februari 2025, menunjukkan rendahnya konsumsi masyarakat.
- Tingginya Angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Sepanjang 2024, sekitar 80.000 orang kehilangan pekerjaan, naik dari 60.000 pada 2023. Sektor manufaktur menjadi penyumbang terbesar PHK.
- Ketidakpastian Usaha dan Upah Stagnan
Pelaku usaha memilih menahan pengeluaran daripada mudik.
- Pengurangan Bantuan Sosial (Bansos)
Nilai bansos turun 16% dari Rp168 triliun pada 2024 menjadi Rp140 triliun tahun ini.
Moda Transportasi yang Paling Terdampak
Data Sistem Informasi Angkutan dan Sarana Transportasi Indonesia (Siasati) menunjukkan hingga H-3 Lebaran, pergerakan penumpang dari lima moda transportasi umum turun 4,8% dibanding tahun lalu. Penurunan tertinggi terjadi pada: Bus antarkota antarprovinsi (AKAP): turun 10,2%. Pesawat: turun 6,8%. Kapal laut: turun 4,8%.
Pemerintah Bantah Perputaran Uang Turun
Meski jumlah pemudik menurun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa perputaran uang selama Lebaran tetap berada pada tingkat moderat.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sebelumnya memprediksi perputaran uang hanya mencapai Rp137,97 triliun, turun 12,3% dari tahun lalu yang mencapai Rp157,3 triliun.
Namun, Airlangga menyebut angka ini tidak bisa dibandingkan langsung dengan 2024, yang dipengaruhi oleh momen Pemilu Presiden dan Legislatif.
Pemerintah juga mengklaim bahwa intervensi melalui berbagai program, termasuk bansos, akan menjaga stabilitas ekonomi selama periode Lebaran.